Bilangan Desimal
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini, anak didik tingkat MI/SD masih banyak yang belum
mengerti dan memahami pengoperasian beberapa bilangan yang ada dalam
pembelajaran matematika. Dalam kehidupan matematika merupakan ilmu universal
yang logistik dan sangat abstrak sehingga dalam pembelajaran matematika dapat
menumbuhkan sikap berpikir kritis, analitis, sistematis, kreatif terutama dapat memajukan pola pikir anak
didik. Menurut aliran kontruktivisme, hakikat matematika merupakan proses dimana
anak yang belajar matematika dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan
konstruksi pengetahuan yang diperoleh ketika belajar dan anak berusaha
memecahkannya[1].
Pada tingkat pendidikan dasar, anak didik berhak mendapatkan pengetahuan
terkait matematika, guna mengembangkan potensi berpikir kritis, logis,
sistematis dan kreatif. Pembekalan awal dalam pembelajaran matematika dapat
diperoleh dengan pengenalan konsep dasar. Pengenalan terkait pembelajaran
matematika yang belum mereka ketahui sebelumnya, dengan pembekalan awal, lalu
tahap selanjutnya guru mulai memahamkan anak didik setelah mereka dapat
mengetahui konsep dasar yang telah diberikan.
Pada bab ini, realita yang terjadi di lapangan yaitu ketika
menginjak pembelajaran matematika yang berkaitan dengan bilangan desimal, anak
didik banyak yang belum bisa memahami dengan benar cara pengoperasian hitungan,
baik dalam penjumlahan, pengurangan, mengubah ke pecahan atau persen. Maka dari
itu, pengenalan bilangan desimal ini tidak cukup dengan hanya memberikan pembekalan
berupa konsep dasar saja, melainkan guru perlu kreatif dalam penyampaian materi
bilangan desimal menggunakan beberapa model pembelajaran atau strategi yang
sesuai dengan kebutuhan anak didiknya sehingga mereka mampu memahami dengan
baik cara pengoperasian bilangan desmial itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu
bilangan desimal?
2.
Bagaimana cara
mengoperasikan bilangan desimal?
3.
Model apa yang
tepat terkait materi bilangan desimal?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi terkait bilangan desimal.
2.
Untuk memahami
cara pengoiperasian hitungan dalam bilangan desimal.
3.
Untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran yang paling tepat dalam menyampaikan
materi terkait bilangan desimal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BILANGAN
DESIMAL
Bilangan desimal merupakan cara lain yang dugunakan untuk
menuliskan bentuk pecahan. Dalam Pramudiani, Hiebert dan Wearne[2]
mengemukakan pendapatnya bahwa bilangan desimal adalah penting karena desimal memainkan
peran penting dalam kurikulum matematika dan kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini, siswa perlu memahami bentuk lain dari pecahan, seperti bilangan rasional
(terdapat bilangan pembilang dan penyebut), rasio, dan persen. Berbagai bentuk
penelitian deskriptif dan kualitatif yang dilakukan untuk memecahkan
permasalahan siswa yang masih banyak kurang dapat memahami dalam hal
pengoperasian bilangan desimal. Kesulitan-kesulitan yang banyak dialami siswa
ketika di lapangan yakni dalam hal membaca skala, mengurutkan bilangan, dan
mengoperasikan desimal. Van Galen dkk[3], mengatakan bahwa bilangan desimal lebih mudah
dibandingkan dengan pecahan dan rasio, misalnya 1,2 dan 1,5 lebih mudah
dibandingkan antara yang lebih besar dan kecil, daripada 12/10 dan 3/2. Hal
tersebut juga berlaku daripada bentuk pecahan.
Pengoperasian
hitungan
Contoh: 1,2 +
1,5 = 2,7
Lebih mudah
daripada + = + =
Dalam mempelajari bilangan desimal
ini, kita perlu memperhatikan nilai tempat dan arti dari penulisan bilangan
pecahan desimal. Berikut ini bilangan-bilangan yang pecahan yang penyebutnya
kelipatan 10:
, , , , , , dan , jika pecahan
tersebut ditulis dalam bentuk bilangan desimal, maka hasilnya sebagai berikut[4]:
= 0,1
= 0,01
= 0,001
= 0,3
= 0,37
= 0,379
B.
OPERASI HITUNG
BILANGAN DESIMAL
Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai anak didik dalam operasi
pecahan adalah mengetahui mana pembilang dan mana yang dikatakan penyebut.
Dalam operasi bilangan desimal, pecahan desimal merupakan pecahan yang
penyebutnya 10, 100, 1000, dan sebagainya yang ditulis menggunakan koma (,).
Contoh:
Bilangan 0,3
didapat dari 3 dibagi 10 atau bisa ditulis
Bilangan 0,65
didapat dari 65 dibagi 100 atau bisa ditulis
Bilangan 0,123
didapat dari 123 dibagi 1000 atau bisa ditulis
Pecahan juga dapat dirubah ke dalam bentuk desimal dengan cara
mengubah penyebutnya kesepuluh, misalnya:
= x = = 0,5
Apabila suatu ketika menemui soal yang sulit mengubahnya menjadi
sepuluh, misal = 0,375, maka dapat
menggunakan cara pembilang dibagi dengan penyebut secara langsung, yaitu:
1.
Merubah
bilangan ke dalam bentuk pecahan desimal
Jawab: 3 : 8 = 0,375 atau juga bisa
dengan cara x = = 0,375
2.
Merubah
bilangan ke dalam bentuk pecahan desimal
Jawab: 2 : 5 = 0,4 atau juga
bisa dengan cara x = = 0,4
a.
Berikut ini
beberapa cara mengoperasikan pecahan desimal dalam penjumlahan, pengurangan
merubah bentuk desimal ke persen dan sebaliknya.
1)
Cara operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal
Dalam
penjumlahan dan pengurangan pecahan menurut R. Soenarjo[5]
yaitu harus memperhatikan nilai tempatnya, misalnya:
a)
0,34 + 0,4 =
...
0,34
0, 4 +
0,74
Jadi, 0,34 + 0,4 = 0,74
b)
0,8 – 0,5 = ...
0,8
0,5
-
0,3
Jadi, 0,8 -0,5 = 0,3
2)
Cara operasi
hitung perkalian dan pembagian bilangan desimal
Perkalian dan pemagian dua bilangan
desimal dapat dilakukan dengan dua cara yang sama dengan perkalian dan pembagian
pada bilangan bulat. Untuk bilangan desimal yang mengandung koma, hasil
perkalian atau pembagian diperoleh dengan aturan tertentu. Untuk bilangan
desimal dengan banyak angka dibelakang koma, cara mengalikan atau membaginya
sebagai berikut:
a)
Mengalikan
kedua bilangan tersebut, kemudian banyaknya angka dibelakang koma pada hasil
perkaliannya disamakan dengan jumlah banyaknya angka dibelakang koma dari kedua
bilangan yang dikalikan.
b)
Dalam hal
pembagian, bilangan desimal yang memilikibanyak angka dibelakang koma dilakukan
dengan membagi kedua bilangan (tanpa tanda koma) kemudian letak tanda koma pada
pembilang ditentukan oleh hasil pengurangan banyaknya angka dibelakang koma
pada penyebutnya
Jika hasil pengurangannya positif, maka
tanda koma nya maju. Sedangkan, kalau hasil pengurangannya negatif berarti
tanda komanya mundur. Jika tanda komanya mundur, tambahkan bilangan nol
dibelakangnya. Untuk bilangan desimal yang bilangannya berulang dibelakang,
bilangan berulang tersebut dianggap sebagai banyak angka dibelakang koma. Hasil
perkalian desimal dengan angka 10, 100, 100, dan seterusnya hasilnya ditentukan
dengan menggeser tanda koma ke kanan sesuai dengan banyaknya angka nol.
Misalnya:
2,456 x 10 =
24,56 komanya bergeser satu kali ke kanan
2,456 x 1000 =
2456 komanya bergeser tiga kali ke kanan
Contoh soal:
Perkalian : 1,2 x 0,05 =
...
Caranya kalikan
terlebih dahulu 12 dengan 5, jadi 12 x 5 = 60
Angka
dibelakang koma pada hasil perkaliannya sebanyak tiga angka diperoleh dari
jumlah banyaknya angka dibelakang koma pada kedua bilangan yang dikalikan.
Jadi, hasilnya 0,060
= 0,06 kesimpulannya 1,2 x 0,05 = 0,06
Pembagian : 6,3 : 0,18 =
...
Caranya bagi
terlebih dahulu tanpa tanda koma, 63 : 18 = 3,5
Lalu, pindahkan
tanda komanya dengan aturan yang sudah dijelaskan. Banyaknya angka dibelakang
koma pada pembilang dikurang banyak angka dibelakang koma pada penyebutnya sama
dengan 1 – 2 = -1. Karena hasil pengurangannya negatif, maka tanda koma mundur
satu angka. Diperoleh hasil, 35,0 = 35, kesimpulannya
6,3 : 0,18 = 35
3)
Cara mengubah
bentuk desimal ke pecahan
Mengubah bentuk
desimal menjadi bentuk pecahan dengan cara menjadi desimal tersebut dalam
bentuk per sepuluh, per seratus, atau per seribu, setelah itu baru sederhana,
misalnya:
a)
0,2 = ...
0,2 itu sama artinya dengan =
b)
5,06 = ...
5,06 sama artinya dengan =
c)
0,954 = ...
0,954 sama artinya dengan =
4)
Cara mengubah
bentuk desimal ke dalam bentuk persen
Dalam hal ini,
mengubah bentuk desimal ke persen, maka bilangan desimal tersebut harus dirubah
terlebih dahulu menjadi pesepuluh atau perseratus, misalnya:
0,85 = = 85%
5)
Cara mengubah
bentuk persen ke desimal
Bilangan persen
yang akan diubah menjadi bentuk desimal harus terlebih dahulu diubah menjadi
per seratus, dan untuk merubah ke bentuk desimal hanya perlu menentukan angka dibelakang
koma (,), misalnya:
50%
= = 0,5
65%
= = 0,65
C.
MODEL
PEMBELAJARAN
Dalam proses pemebelajaran hal yang paling penting diperhatikan
oleh guru adalah bagaimana materi yang akan disampaikan dapat terekam dan
dipahami oleh anak didik. Menurut Widjaja[6]
mengatakan, bahwa proses pembelajaran yang diberikan buku-buku teks di
Indonesia terlalu simbolis dan kurangnya perhatian yang diberikan dalam menciptakan
contoh yang berarti meaningfull seperti halnya model yang nyata
(konkrit). Joyce dan Weil[7]
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konspetual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran. Selain itu, beberapa komponen penting lainnya yang turut
menyukseskan proses pembelajaran yaitu, strategi, metode dan pendekatan
pemeblajara. Tiga komponen tersebut memiliki kemiripan dengan model
pembelajaran. Rusman[8]
mengemukakan, ada enam ciri-ciri model pembelajaran:
1.
Berdasarkan
teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu
2.
Mempunyai misi
atau tujuan pendidikan tertentu
3.
Dapat dijadikan
pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas
4.
Memiliki
bagian-bagian model yang dinamakan urutan langkah-langkah pembelajaran, adanya
prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial dan sistem pendukung
5.
Memiliki dampak
sebagai akibat terapan model pembelajaran yang meliputi dampak pembelajaran dan
dampak pengiring
6.
Membuat
perispan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih
Oleh karena itu, dalam hal ini model
pembelajaran yang tepat sangat diperlukan guna memungkinkan anak didik untuk
belajar sambil bermain. Dimana, permainan trersebut digunakan sebagai model of
untuk mendukung pemahaman serta penalaran anak didik terhadap permasalahan
penjumlahan bilangan desimal. Dalam model pembelajaran yang lainnya, guru pun
dapat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Menurut Sanjaya dalam Sumantri[9],
pembelajaran berbasis maslaah (Problem Based Learning) merupakan salah
satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual,
artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan
masalah membuat anak didik belajar berbagai keterampilan yang lebih mendasar
melalui adanya maslaah tersebut. Para ahli mengemukakan bahwa model pendekatan
berbasis masalah seperti PBL ini merupakan suatu model pembelajaran untuk
membentuk struktur kurikulum yang melibatkan pelajar menghadapi maslaah dengan
latihan-latihan yang memberikan stimulus untuk belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Bilangan
desimal merupakan cara lain yang dugunakan untuk menuliskan bentuk pecahan.
Dalam Pramudiani, Hiebert dan Wearne mengemukakan pendapatnya bahwa bilangan
desimal adalah penting karena desimal memainkan peran penting dalam kurikulum
matematika dan kehidupan sehari-hari.
2.
Kemampuan
prasyarat yang harus dikuasai anak didik dalam operasi pecahan adalah
mengetahui mana pembilang dan mana yang dikatakan penyebut. Dalam operasi
bilangan desimal, pecahan desimal merupakan pecahan yang penyebutnya 10, 100,
1000, dan sebagainya yang ditulis menggunakan koma (,). Bilangan 0,3 didapat
dari 3 dibagi 10 atau bisa ditulis . Beberapa cara
operasi hitung dalam bilangan desimal.
a. Cara operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal
b.
Cara operasi
hitung perkalian dan pembagian bilangan desimal
c.
Cara mengubah
bentuk desimal ke pecahan
d.
Cara mengubah
bentuk desimal ke dalam bentuk persen
e. Cara mengubah bentuk persen ke desimal
3.
Dalam proses
pemebelajaran hal yang paling penting diperhatikan oleh guru adalah bagaimana
materi yang akan disampaikan dapat terekam dan dipahami oleh anak didik.
Menurut Widjaja mengatakan, bahwa proses pembelajaran yang diberikan buku-buku
teks di Indonesia terlalu simbolis dan kurangnya perhatian yang diberikan dalm
pmenciptakan contoh yang berarti meaningfull seperti halnya model yang
nyata (konkrit).
DAFTAR PUSTAKA
Aldila
Afriansyah, Ekasatya. Penjumlahan Bilangan Desimal Melalui Roda Desimal.
Garut: STKIP Garut. 2013. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4.
Saiful Dkk. MODUL
BILANGAN PECAHAN. Yogyakarta: FMIPA UIN Sunan Kalijaga. 2014.
“Pembelajaran
Matematika Desimal”, Https://jiptummpp-gdl-maulinashi-48116-3-babii.pdf , Diakses pada
tanggal 07 Oktober 2018.
[2] Ekasatya,
Aldila Afriansyah, Penjumlahan Bilangan Desimal Melalui Roda Desimal,
(Garut: STKIP Garut, 2013), ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4, hlm. 233
[3] Ekasatya,
Aldila Afriansyah, Penjumlahan Bilangan Desimal Melalui Roda Desimal,........
hlm. 234
[4] Saiful Dkk, MODUL
BILANGAN PECAHAN, (Yogyakarta: FMIPA UIN Sunan Kalijaga, 2014), hlm.
[6] Ekasatya,
Aldila Afriansyah, Penjumlahan Bilangan Desimal Melalui Roda Desimal,
(Garut: STKIP Garut, 2013), ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4, hlm. 234
Komentar
Posting Komentar