Makalah Kolonialisme dan Imperialisme
KOLONIALISME
DAN IMPERIALISME
Artikel ini disusun untuk memenuhi pelajaran
mata kuliah IPS MI/SD 2
Dosen Pembimbing:
Syamsul Arifin, M.Pd.I
Disusun Oleh:
1.
Amirothul Maulidyana NIM. 16150258
2.
Siti Umi Rochmawati NIM. 16150268
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2019
A.
Pendahuluan
Pada masa pemerintahan
kerajaan-kerajan Islam di Indonesia datanglah orang-orang Eropa yang mengadakan
pelayaran Samudra. Kedatangan orang-orang Eropa di Nusantara mulanya disambut
baik oleh bangsa Indonesia, akan tetapi setelah mengetahui bahwa mereka berusaha
menguasai Nusantara akhirnya mendapat reaksi keras berupa perlawanan di
berbagai daerah untuk mengusir penjajah. Mulai dari Portugis, Belanda, hingga
Prancis yang saat itu tengah berlomba-lomba dalam perebutan kekuasaan wilayah
untuk dijadikan wilayah jajahan dengan mengambil alih segala bentuk
perekonomian, perdagangan, pemerintahan yang ada di wilayah jajahan yang
berhasil dikuasai oleh mereka termasuk di Indonesia. Beberapa Negara yang
berhasil menjajah Indonesia juga membuat pertahanan diri semacam membentuk
kongsi dagang yang membuat kebijakan untuk menguntungkan Negara mereka agar
dapat menguasai Indonesia. Rakyat terus berusaha keras untuk mengusir para
penjajah dengan segala cara. Namun, pada tahun 1795 sejak Belanda jatuh di
tangan Prancis mulai menguasai pulau Jawa dibawah pemerintahan Herman W.
Daendels untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Dan akhirnya
pada tahun 1811 dibawah pimpinan Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles
Indonesia berhasil jatuh di tangan kekuasaan Inggris. Dirasa kurang
menguntungkan akhirnya dari konvensi London Inggris mengembalikan kekuasaannya
pada Belanda. Dari situlah Belanda mulai memberlakukan system tanam paksa di
Indonesia dibawah pimpinan Johanes Van Den Bosch hingga terjadi kecaman dari
berbagai pihak akhirnya tanam paksa dihapuskan.
B.
Pembahasan
1.
Pengertian
Kolonialisme dan Imperialisme
Kolonialisme berasal dari kata Colony
yang diambil dari bahasa latin yaitu colon. Colon merupakan sebutan bagi
warga yang berprofesi sebagai petani, penanam, pekebun atau penduduk yang
tinggal di daerah baru. Colonia pada zaman dulu digunakan untuk sebutan
pemukiman umum warga Roma di suatu daerah yang ditaklukan. Kolonialisme merupakan
salah satu bentuk imperialisme yang didasarkan penegakkan dalam hukum yang
tajam dan radikal antara penduduk Negara penjajah dan yang dijajah. Alan
Bullock mengatakan bahwa[1]
Permulaan dalam penegakan hukum yang berlaku yakni atas dasar penaklukan yang
telah dilaksanakan dan melakukan kontrol kendali terhadap masyarakat yang
dijajah atas dasar perbedaan fisik dan culture.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolonialisme
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh Negara penjajah terhadap Negara yang
ditaklukan dengan tujuan untuk menguasai perekonomian, pedagangan, dan sumber
daya manusia yang ada di Negara yang dikuasai.
Sedangkan, Imperialisme menurut Alan Bullock
adalah[2] perluasan
kekuasaan suatu negara melalui jajahan dengan menaklukan Negara lain.
Imperialism mulai dikenal masyarakat pada pertengahan abad ke-19. Imperialisme
berasal dari kata latin imperium yang berarti mengomandani atau kekuasaan
tertinggi. Imperialisme dapat pula dikatakan sebagai gerakan perluasan dengan
segala kebijakan suatu Negara pada Negara lain dengan menguasai wilayah
perbatasan dengan Negara tersebut dengan mengeksploitasi daerah jajahan, tanah
jajahan, dan daerah perlindungan yang dimiliki oleh Negara lain.
2.
Perkembangan
Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Mulai akhir abad XV bangsa Eropa berusaha
melakukan penjajahan samudra. Faktor yang mendorong adanya penjelajahan samudra
yaitu:[3]
a.
Adanya keinginan mencari kekayaan (gold)
Kekayaan yang mereka cari terutama adalah
rempah-rempah. Sekitar abad ke-15 di Eropa, harga rempah-rempah yang relatif
mahal setara dengan emas (gold) sedangakan mereka sangat membutuhkan
rempah-rempah industry obat-obatan.
b.
Adanya keinginan menyebarkan agama
nasrani (gospel)
Bangsa Eropa membawa misi khusus diantara
untuk mencari kejayaan dan memperbanyak tanah jajahan yaitu menyebarkan agama
nasrani pad awilayah-wilayah yang menjadi kekuasaannya. Tugas penyebaran agama
nasrani ini merupakan tugas suci yaitu tugas khusus yang dipelopori oleh bangsa
Portugis.
c.
Adanya keinginan mencari kejayaan (glory)
Negara Eropa memiliki anggapan bahwa apabila
sebuah Negara telah berhasil memiliki banyak tanah jajahan, maka ia dapat
disebut dengan Negara yang jaya (glory).
d.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Pada saat datangnya bangsa barat, maka
berkembanglah paham Renaissance, begitu pula dalam hal ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Misalnya dengan penemuan-penemuan
berikut ini:
1)
Ditemukannya teori heliosentris
dari Copernicus yang mengatakan bahwa pusat peredaran tata surya adalah matahari. Semua planet mengelilingi matahari
dan bumi berputar pada porosnya. Bentuk bumi yang dianggap tidak rata akan
tetapi bulat. Hal ini mendorong untuk melakukan pembuktian secara ilmiah.
2)
Dikembangkannya teknik pembuatan
kapal yang dapat digunakan untuk mengarungi samudra yang luas.
3)
Mulai ditemukannya mesiu untuk
persenjataan, dimana mesiu ini dapat digunakan sebagai perlindungan pada saat
pelayaran dari ancaman bajak laut dan sebagainya.
4)
Ditemukannya kompas, yang digunakan
sebagai penunjuk arah sehingga penjelajah tidak lagi menggunakan kebiasaan
alam. Dalam menentukan arah sebelum ditemukannya kompas, para penjelajah
berpedoman pada bintang, sehingga apabila angkasa tertutup awan, maka mereka
menghentikan pelayaran.
e.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan
bangsa Turki
Peristiwa yang
terjadi dengan jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453
membuat bangsa Eropa semakin sulit mendapatkan rempah-rempah.
Terbentuknya kolonialisme di Indonesia yakni
karena adanya beberapa sebab berikut ini:[4]
1)
Pelayaran Cornelis de Houtman
Pada tahun 1959 bangsa Belanda melakukan perjalanan
yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan sampai di tanah air Indonesia pada
tahun 1956, Banten merupakan wilayah pertama tempat mendarat bangsa Eropa.
Sejak saat itu, banyak perusahaan asing dari Belanda yang berlayar dan memiliki
kapal sendiri ke Indonesia sehingga menyebabkan timbulnya persaingan antar
pedagang Belanda. Bangsa Indonesia mengalami untung karena pembelian
rempah-rempah di Indonesia meningkat dan harga rempah-rempah yang ada di Eropa
makin merosot karena banyak tersedia di pasaran Eropa
2)
Pembentukan VOC
Belanda membentuk kongsi dagang yang bernama
VOC (Vereenidge Oost Indishe Compagnie) pada tanggal 20 Maret 1602 untuk
mengatasi persaingan antar pedagang Belanda. VOC memiliki tujuan sebagai
berikut:[5]
a)
Menguasai berbagai pelabuhan
penting
b)
Menguasai kerajaan di Indonesia
c)
Melakukan monopoli pergdagangan
rempah-rempah
Bangsa Belanda memberikan hak Octroi
(istimewa) yakni hak untuk bertindak sebagai suatu Negara. Berikut ini hak
octroi antara lain:
a)
Hak monopoli perdagangan daru ujung
selatan Afrika ke sebelah timur ujung selatan Amerika
b)
Hak memiliki tentara sendiri dan
pengadilan
c)
Hak memiliki mata uang sendiri
d)
Hak menguasai dan mengikat
perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lain di daerah kekuasaan monopoli
perdagangannya.
Dari hak octroi tersebut VOC semakin berkembang pesat, dan pada tahun 1605, VOC
berhasil menguasai benteng ketahanan Portugis di Ambon dengan mengganti nama
benteng tersebut menjadi Benteng Victoria.
Memasuki abad ke -18 kejayaan VOC mulai
menurun dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Adapun factor internalnya
adalah:
a)
Banyaknya pegawai VOC yang
melakukan korupsi
b)
Sulitnya melakukan pengawasan
terhadap daerah VOC yang sangat luas
Faktor eksternal yang menyebabkan kemorosotan
VOC yakni:
a)
Meletusnya revolusi Prancis
menyebabkan Belanda jatuh ditangan Prancis dibawah pimpinan Napoleon Bonaparte
b)
Reaksi rakyat Indonesia terhadap
VOC dalam bentuk peperangan sehingga banyak menguras pembiayaan dan tenaga
Pada tanggal 31 Desember 1799 Belanda
memutuskan untuk membubarkan VOC secara resmi sehingga pemerintah kolonial di
Indonesia mulai dikendalikan langsung oleh pemerintah kerajaan Belanda.
3)
Persaingan dagang Belanda dengan
Inggris
Belanda telah berhasil menguasai perdagangan
dengan membentuk persekutuan dagang VOC, Inggris pun mmebentuk kongsi dagang bernama
East Indian Company (EIC) pada tahun 1600 yang beroperasi pertama kali
di Indonesia. Dibawah pimpinan Lord Minto yang menjabat sebagai gubernur
jendral Inggris di Cakulta, berniat untuk merebut kekuasaan Belanda di
Indonesia.
Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut
segala kekuasaan bangsa Belanda di Indonesia, dibawah pimpinan Raffles hingga
tahun 1816 Inggris menguasai tanah. Pada tahun 1814 berdasarkan Konvensi London
(Convention of London) yang berisi:
a.
Indonesia dikembalikan kepada
Belanda
b.
Jajahan belanda seperti Sailan,
Kaap Koloni, Guyana tetap ditangan Inggris
c.
Cochain di pantai Malabar diambil
oleh Inggris dan Bangka diserahkan pada Belanda sebagai gantinya.
3.
Pengaruh
Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat
di Indonesia hidup tentram dibawah kekuasaan raja-raja penguasa hingga bangsa
Indonesia mengetahui niat mereka yang ingin menguasai tanah air Indonesia
membuat mereka tertekan. Rakyat melakukan banyak perlawanan karena bangsa Barat
ingin memaksakan monopoli perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan
di Indonesia. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia anatara
lain:
a.
Perlawanan rakyat Indonesia
terhadap Portugis
Pasca Selat Malaka dikuasai oleh Portugis pada
tahun 1511, maka terjadilah persaingan dagang antara pedagang Portugis dengan
pedagang lokal.
1)
Perlawanan di Aceh terhadap
Portugis
Aceh merupakan
salah satu wilayah yang sangat sulit dikuasai oleh bangsa Portugis karena
rakyat Aceh berhasil mengalihkan kegiatan
perdagangannya diwilayah Aceh Darussalam dengan menjalin hubungan baik
dengan bangsa Turki, Persia dan India sehingga para pedagang muslim di Aceh
menjadi berkembang pesat. Saat Malaka jatuh ditangan VOC pada tahun 1641-1675
dibawah pimpinan Sultan Safiatuddin, Aceh tidak dapat mempertahankan
kebesarannya.
2)
Perlawanan di Ternate terhadap
Portugis
Awal mula
Portugis yang dating disambut baik oleh raja setempat dengan diperbolehkannya
mendirikan benteng, namun lama-kelamaan rakyat Ternate melakukan perlawanan
karena bangsa Portugis melakukan monopoli perdagangan, mereka ikut campur
tangan dengan urusan pemerintahan, memiliki misi penyebaran agama katholik,
memiliki keserakahan dan sewenang-wenang memperlakukan rakyat sehingga kehendak
Portugis ditolak oleh raja Ternate. Pada tahun 1565 dibawah pimpinan Sultan
Hairun rakyat bangkit untuk melawan Portugis hingga tahun 1574 dibawah
kepemimpinan Sultan Baabullah (putra dari Sultan Harun) rakyat Ternate berhasil
merebut benteng Portugis hingga mereka berpindah dan menguasai Timor-Timur
sampai tahun 1975.
b.
Perlawanan rakyat Indonesia
terhadap Belanda
1)
Perlawanan Mataram oleh Sultan
Agung
Dibawah
pemerintahan Sultan Agung pada tahun 1613-1645 kerajaan Mataram mencapai puncak
kejayaan. Sultan Agung melakukan penyerangan ke Batavia pertama kali tahun
1628, pasukan pertama dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso. Pasukan kedua
dipimpin oleh Tumenggung Agul-agul, Kyai Dupati Mandurorejo, Kyai Dupati
Upusonto, dan Dipati Ukur. Namun, serangan yang dilakukan pada saat itu
mengalami kekalahan. Namun, kekalahan tersebut tidak menyiutkan semangat rakyat
Indonesia. Sultan Agung menyusun kembali kekuatan untuk melakukan serangan
kedua. Pada tahun 1629 Sultan Agung melakukan penyerangan kedua yang dipimpin
oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya namun serangan kedua juga mengalami
kekalahan karena persiapan Sultan Agung telah diketahui oleh Belanda. Kemudian
perlawanan rakyat Indonesia dilanjutkan oleh Trunojoyo (1674-1709), Untung
Suropati (1674-17060, Mangkubumi dan Mas Said (1474-1755).
Pada saat
perlawanan Mangkubumi terjadi kesepakatan damai degan Belanda dengan
ditandatanganinya perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
2)
Perlawanan Banten terhadap VOC
Pada
pemerintahan Abdul Fattah atau Sultan Agung Tirtayasa tahun 1650-1682 Banten
mengalami puncak kejayaan. Pada tahun 1651 Sultan Agung Tirtayasa melakukan
perlawanan terhadap VOC karena menghalangi perdagangan di Banten. VOC
menggunakan politik devide et impera yaitu mengadu-domba antar Sultan
Agung Tirtayasa dengan puteranya yaitu Sultan Haji. Pada tahun 1750 dibawah
pimpinan Kyai Tapa dan Ratu Bagus Buang meletus gerakan perlawanan terhadap
Sultan Haji yang akhirnya dapat diredam oleh VOC dengan adanya hasil
perundingan pasca perang terjadi.
3)
Perlawanan Makassar terhadap VOC
Pada tahun
1654-1659 dibawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin rakyat menolak monopoli
perdagangan yang dilakukan oleh VOC. Peperangan yang terjadi tiga kali namun
belum berhasil. VOC kembali menggunakan politik devide et impera mereka
mngeadu-donba Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka yaitu raja di Bone. Pada
tahun 1667 Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya.
Kegigihan Sultan Hasanuddin dalam melawan VOC membuat beliau dijuluki “Ayam Jantan
dari Timur”.
4)
Perlawanan Diponegoro pada tahun
1825-1830
Dalam hal ini
rakyat melakukan perlawanan dibawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro. Belanda
mengalami banyak kesulitan dan mengeluarkan banyak biaya selama perang
Diponegoro berlangsung. Belanda membuat siasat Benteng Stelsel dalam
melumpuhkan perlawanan dari pangeran Diponegoro.
5)
Perang Padri pada tahun 1821-1837
Perang ini
terjadi antara kaum padri dan kaum adat dibawah pimpinan Dato’ Bandaro, Tuanku
Nan Cerdik, Tuanku Nan Renceh, Dato’ Malim Basa (Imam Bonjol) dan kaum adat
dibawah pimpinan Dato’ Sati karena terdesak, maka kaum adat meminta bantuan
terhadap bangsa Belanda.
4.
Perkembangan
Agama Nasrani
Sejak abad ke-15 Paus di roma meberi tugas
pada misionaris bangsa Portugis dan Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik.
Bangsa Belanda kemudia tertarik menyebarkan agama Kristen Protestan dengan
mengirimkan para zending di negeri jajahannya.
a.
Misionaris Portugis di Indonesia
Pada abad
ke-16 kegiatan misionaris sangat aktif menyampaikan kabar Injil ke seluruh
dunia dengan menumpang kapal pedagang Portugis dan Spanyol. Misionaris yang
bertugas di Maluku adalah Fransiscus Xaverius (1506-1552). Kegiatan misionaris
Portugis tersebut berlangsung di Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Nusa
Tenggara Timur, Pulau Siau, dan Sangir kemudian menyebar hingga wilayah
Kalimantan dan Jawa Timur. Namun, penyebaran agama Katholik di Maluku tesendat
pasca terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian pada bangsa
Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan Belanda kegiatan misionaris surut
dan diganti dengan kegiatan zending.
b.
Zending Belanda di
Indonesia
Pada abad
ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan yaitu agam Katholik yang
semual menjadi agama resmi diganti menjadi agam Kristen Protestan. Pemerintahan
Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama Katholik di masyarakat. VOC yang
terbentuk pada tahun 1602 mendapat kekuasaan dan tanggung jawab memajukan
agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen Protestan dengan semboyan “siapa
punya Negara, dia punya agama” kemudian VOC menyuruh rakyat yang beragama
Katholik masuk ke agama Kristen Protestan. Tokoh Zending di Indonesia
antara lain, Ludwig Ingwer Nommensen, Sebastian Danckaerts, Adriaan Hulsebos,
dan Hernius.
c.
Wilayah Persebaran Agama Nasrani di
Indonesia pada Masa Kolonial
Saat VOC
berkuasa kegiatan misionaris Katholik terdesak oleh kegiatan zending
Kristen Protestan dan bertahan di Flores dan Timor. Namun sejak Daendels
berkuasa semua diberi hak yang sama. Namun, penyebaran agama Katholik maupun
Kristen Protestan mengalami beberapa kesulitan yang disebabkan karena:
1)
Agama Kristen dianggap identic
dengan agama penjajah
2)
Pemerintah colonial tidak
menghargai prinsip persamaan derajat manusia
3)
Sebagian besar rakyat Indonesia
telah menganut agama lain
Oleh karena
itu penyebaran agama Katholik dan Kristen Protestan menyebar di daerah yang
belum tersentuh agamalainnya. Mereka melakukan kegiatan kemanusiaan dengan
mendirikan rumah sakit dan sekolah hingga agama tersebut dapat berkembang di
Indonesia hingga sekarang.
C.
Kesimpulan
Pada akhir abad XV, bangsa Eropa berusaha
melakukan penjajahan samudra. Faktor pendukung adanya penjelajahan samudra
adalah adanya keinginan mencari kekayaan (gold), adanya keinginan
menyebarkan agama Nasrani (gospel), dan adanya keinginan untuk mencari
kejayaan (glory), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan jatuhnya
Konstantinopel ke tangan bangsa Turki.
Dalam mengatasi persaingan diantara pedagang Belanda
dengan Portugis, maka pemerintahan belanda mendukung dengan dibentuknya VOC (Veerenidge
Oost Indishe Compagnie) pada tanggal 20 Maret tahun 1602. Pada mulanya VOC
berkembang pesat dan berhasil menguasai wilayah Indonesia, merebut
daerah-daerah dari kekuasaan para raja dan merebut berbagai daerah yang
dikuasai oleh bangsa Eropa lainnya. Namun, lama-kelamaan VOC mengalami
kehancuran.
Perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia
terhadap bangsa Portugis antara lain dipimpn oleh Sultan Iskandar Muda tahun
1629 dari Aceh, Sultan Hairun dan Baabullah dari Ternate.
Perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda
anatara lain dilakukan oleh Sultan Agung, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan
Hasanuddin, perlawanan di Aceh, terjadinya perang Padri, perlawanan Diponegoro
dan perlawanan Bali.
Agam Kristen Katholik disebarkan di Indonesia
untuk pertama kali oleh para pemuka agama Katholik bangsa Portugis. Misionaris
bangsa Portugis yang sangat berjasa adalah Fransiscus Xaverius. Namun,
kehadiran Belanda di Indonesia mengubh peta kristenisasi Katholik di Indonesia
menjadi pemeluk agama Kristen Protestan.
Referensi
terkait:
Mulyana, Agus.
Pengantar Ilmu Sejarah dan Reaksi terhadap Imperialisme. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia. PPT.
S. Sri. Waluyo. 2008. Galeri
Pengetahuan Sosial Terpadu SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: DEPSIKNAS.
“Pengaruh Ilmu Sejarah dan Reaksi
terhadap Imperialisme”, Https://file.upi.edu/Diklat_Serifikasi.pdf/,
Diakses pada tanggal 05 Mei 2019.
“Masa Kolonialisme”, Https://dinus.ac.id/masa-kolonial.pdf/,
Diakses pada tanggal 05 Mei 2019.
[1] Agus Mulyana, Pengantar Ilmu Sejarah dan
Reaksi terhadap Imperialisme, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
PPT)
[4] Sri Sudarmi, Waluyo, Galeri Pengetahuan
Sosial Terpadu SMP/MTs Kelas VII, (Jakarta: DEPSIKNAS, 2008), h. 78
Komentar
Posting Komentar