MENUMBUHKAN RASA CINTA TERHADAP BAHASA INDONESIA MELALUI METODE RPOL (Role Playing and Outdoor Learning)
MENUMBUHKAN
RASA CINTA TERHADAP BAHASA INDONESIA MELALUI METODE RPOL (Role Playing and
Outdoor Learning)
Amirothul
Maulidyana
Negara
Indonesia merupakan Negara multikultural, yakni Negara yang memiliki berbagai
macam adat, budaya dan bahasa. Tahun 2000 an silam, Indonesia resmi memiliki 33
Provinsi, dengan melepas Timor Leste untuk membentuk Negara sendiri. Di
Indonesia, dalam setiap provinsi selalu terdiri dari beberapa kabupaten/kota
dalam satu kota pun masih terbagi menjadi beberapa kelurahan. Sejak dahulu
Indonesia memiliki semboyan yakni “Bhineka Tunggal Ika”, artinya meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu. Menaungi milyaran bahkan triliyunan jiwa
bukanlah hal yang mudah, melihat kondisi social dan geografis yang berbeda
meskipun dalam satu Negara. Misalnya saja, di Aceh sangat kental dengan nuansa
Islaminya karena dalam sejarah masuknya ajaran Islam yaitu Aceh menjadi salah satu
kota di Indonesia yang sangat welcome dengan datangnya Islam dengan banyaknya
pedagang muslim yang berpindah ke seluruh penjuru Aceh hingga pada masa
pemerintahan Presiden ke-6 Bapak Susilo Bambang Yudhoyono kota Aceh dinobatkan
sebagai kota serambi Mekkah. Di Jakarta, kental dengan nuansa modern karena DKI
Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia. Perubahan budaya yang semakin
terkikis akibat adanya akulturasi budaya yang semakin cepat membuat budaya yang
masuk ke Ibukota menjadi tidak terkontrol lagi. Dalam beberapa kota tersebut
saja dapat diketahui bahwa setiap daerah memiliki bahasa daerah setempat yang
seiring berjalannya zaman dalam penggunaan bahasa Indonesia sendiri semakin
terkikis.
Dalam bidang
pendidikan untuk tetap melestarikan bahasa Indonesia diwajibkan seluruh jenjang
pendidikan untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia harus diperhatikan tata cara penulisan yang baik
dan benar sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Ada pun beberapa bahasa asing
yang diadaptasi dari bahasa daerah atau bahasa lain sehingga dalam menuliskan
kata tersebut perlu melihat tata aturan dalam PUEBI. Apabila penulisan kata
tidak dirubah maka pembentukan kalimat dengan aturan S-P-O-K pun tidak sesuai
dan salah (Dwicahyo, 2011: 1).
Faktanya saat
ini, krisis bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai ditinggalkan oleh
kalangan muda. Mereka lebih asik menggunakan bahasa gaul dan bahasa daerah
setempat. Di Surabaya sendiri yang terkenal sebagai kota pahlawan, banyak anak
mudanya yang sangat keluh jika menggunakan bahasa Indoesia karena sudah
terpengaruh bahasa daerah setempat yang berlogat keras dan kasar. Di pedesaan
pun, banyak orang-orang tua yang terbatas apabila berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia belum biasa apabila diterapkan di desa, karena akan
menjadi kendala komunikasi bagi orang-orang yang notabenenya sudah menjadikan
bahasa jawa krama sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.
Dalam
penggunaan kata pun, masih banyak yang mengadaptasi bahasa lain, seperti kata
“hobi” diadopsi dari kata “hobby” yang berasal dari bahasa Inggris yaitu
berarti kegemaran atau kesenangan yang dilakukan pada waktu senggang (Kompas, 2006:
7). Selain seiring berkembangnya zaman yang dapat mempengaruhi bahasa anak
muda, hal ini juga disebabkan karena lingkungan sosial yang lebih dominan
memiliki banyak keluarga maupun tetangga yang merupakan alumnus dari berbagai
Universitas ternama di Luar Negeri yang notabenenya memakai bahasa Inggris
maupun bahasa Negara setempat selama menempuh studi tersebut. Sebenarnya krisis
bahasa Indonesia sudah lama terjadi, akibat kurangnya kesadaran diri anak muda
untuk lebih memperdalam dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
pada tulisan maupun lisan ketika melakukan komunikasi dengan keluarga, teman
dan saudara.
Pada umumnya, dalam
menyampaikan materi drama, guru bahasa Indonesia selalu menyontohkan penulisan
bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui cerita dan dialog singkat, contoh:
Sore itu, saat
anak-anak pulang sekolah, lapangan semakin ramai. Kabarnya, ada anak bernama
Sandi dari desa tetangga yang menantang Badu adu layang-layang. Sandi datang
dengan beberapa temannya. Ia segera menghampiri Badu yang sudah lama menunggu.
“Sudah siap
belum?” tanya Badu.
“Aku ingin
sekali tahu, sesakti apa sih layang-layangmu,?” kata Sandi sombong.
“Kalau begitu
ayo kita bertanding. Kupikir kau tidak jadi dating karena takut,” ejekan Badu (Irawan,
2005: 20)
Dalam
penerapannya, penulisan dengan komunikasi lisan memakai bahasa Indonesia hanya
dilakukan bagi anak muda yang sadar diri
saja dengan berhati-hati dan sangat menata bahasanya. Terkadang, dalam hal
komunikasi memang tidak sebaku apa yang diterapkan pada aspek penulisan. Namun,
setidaknya anak muda harus disadarkan akan pentingnya berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar terutama ketika berbicara pada lingkup sekolah
dan akademik agar tercipta moral yang baik. Dalam hal berbahasa ada 4 aspek
yang tidak boleh untuk dilupakan (Depdiknas), yaitu:
1.
Keterampilan menyimak
2.
Keterampilan berbicara
3.
Keterampilan menulis
4.
Keterampilan membaca
Keterampilan
berbicara akan terlihat manakala anak maju ke depan dan mulai mempresentasikan
hasil kerja atau hasil belajarnya, baik secara individu maupun kelompok.
Drama membuat peserta didik menjadi
semakin percaya diri dan berani. Penerapan metode Role Playing atau
lebih kita kenal dengan makna bermain peran adalah suatu cara dalam menguasai
materi pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan peserta didik dengan
memerankan sebuah tokoh hidup dan benda mati. Hal tersebut dapat membuat anak
menjadi lebih menikmati pembelajaran yang berlangsung serta bermakna. Peserta
didik dapat mengambil peran sesuai dengan arahan atau instruksi dari guru.
Lalu, anak dapat memerankan peran tokoh yang sudah di dapat melalui penghayatan
peran. Pembelajaran yang berlangsung pun menjadi lebih hidup dan peserta didik
lebih antusias karena mereka langsung ikut berpartisipasi dalam memerankan
tokoh yang telah didapat sesuai arahan guru.
Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia sendiri, selain menggunakan metode role
playing, guru dapat menggunakan metode lain yang jarang digunakan oleh guru
yaitu metode outdoor learning atau pembelajaran yang dilakukan di luar
kelas sehingga kegiatan belajar mengajar dilakukan di alam bebas dengan tujuan mendekatkan
peserta didik pada sumber belajar yang sesungguhnya. Banyak sekali manfaat yang
di dapat dari melakukan pembelajaran outdoor learning (Vera, 2012: 19), yaitu:
1.
Membuat peserta didik dapat
beradaptasi dengan lingkungannya
2.
Membuat peserta didik menegtahui
akan arti pentingnya keterampilan hidup
3.
Membuat peserta didik dapat
menghargai lingkungan dan alam sekitarnya
4.
Membuat peserta didik mendapat
pengalaman langsung, bisa berupa; konsep bunyi, kecakapan hidup dan korelasi
antara dirinya dengan alam.
Dalam hal ini,
pembelajaran bahasa Indonesia yang jarang ditemukan adalah melakukan proses
belajar mengajar di luar kelas. Dalam melakukan pembelajaran di luar kelas,
guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik sesuai dengan capaian
pembelajaran yang telah dibuat. Mendidik peserta didik untuk berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai tatanan bahasa sehingga
mereka memiliki pengetahuan tentang keterampilan berbahasa dan memudahkan dalam
hal berinteraksi dengan orang lain. Dalam pembelajaran di luar kelas ini, semua
peserta didik dituntut untuk wajib menggunakan bahasa Indonesia yang baik dari
segi tulisan maupun lisan dalam hal berinteraksi. Bahasa Indonesia memiliki
fungsi sebagai pengantar pendidikan, pemahaman dan pengenalan siswa, serta
keterampilan dalam berbahasa Indonesia. Materi pembelajaran yang relevan dengan
metode ini biasanya dipakai dalam hal mengarang cerita, guru mengajak seluruh
peserta didik duduk melingkar di halaman depan kelas. Hal tersebut, dapat
meminimalisir kejenuhan karena adanya interaksi langsung dengan alam yang akan
membuat lebih berkonsentrasi. Guru juga dapat membuat semacam permainan dengan
membentuk dua kelompok besar saat mengajarkan materi tentang persamaan atau
perlawanan kata menggunakan alat bantu kertas yang sudah tertulis kata-kata
yang berlawanan atau memiliki makna yang sama.
Dari dua metode
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan minat anak mempelajari
bahasa Indonesia itu bisa dilakukan guru melalui kreativitas dan inovasi guru
dalam mengemas pembelajaran tersebut dalam suasana yang menyenangkan dan tidak
biasa akan tetapi masih mengutamakan capaian belajar yang sudah disiapkan. Guru
juga harus siap menyiapkan instrument yang dapat mendukung guru dalam
menerapkan metode tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran yang jarang sekali ditemukan menggunakan metode seperti outdoor
learning. Dalam meningkatkan minat anak dalam belajar menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar memang harus melalui banyak tahapan. Salah
satunya melalui metode RPOL yaitu bermain peran dan melakukan pembelajaran di
luar kelas agar menjadikan anak lebih berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung serta guru mampu menyampaikan materi
dengan baik sesuai capaian belaar yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukini,
Iskandar. 2008. Bahasa Indonesia untuk Kelas 6 SD/MI. Jakarta: Pusat
Perbukuan DEPDIKNAS.
Vera, Adelia. 2012.
Metode Mengajar Anak di Luar Kelas. Yogyakarta: DIVA Press.
“Pemenang
lomba Essai”, Https://ski.fkip.uns.ac.id/2014/esei-pemenang-lomba-essai.pdf,
diakses pada tanggal 28 Mei 2019.
“Pengaruh
Metode Role Playing”, Https://repository.uinjkt.ac.id/pengaruh-metode-role-playing.pdf,
diakses pada tanggal 26 Juni 2019.
Komentar
Posting Komentar