BANGUN CINTA LEBIH INDAH
VIRUS MERAH JAMBU
PENYUCI JIWA
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Mengenal karakter anak muda adalah suatu keharusan bagi orang tua,
agar anak tersebut masih bisa berada didalam koridor yang aman dan benar alias
terjaga dari segala bentuk “pergaulan bebas”.
Kita semua adalah manusia yang terus berproses, tidak hanya orang yang sudah tua, adapun yang menuju proses pendewasaan mereka pun pernah muda. Di dalam
jiwa anak muda tersimpan gejolak bathin yang luar biasa. Mengenal anak muda
yang sesungguhnya adalah yang pada umumnya berusia rentan 20-25 tahun.
Sudah selayaknya, usia muda ataupun jiwa-jiwa para pemuda adalah masa dimana seseorang mulai
mengenal apa yang namanya sebuah
fenomena virus merah jambu. Menurut saya sendiri, virus merah jambu sendiri
adalah sebuah fitrah yang dimiliki manusia baik laki-laki maupun perempuan
untuk mengerti akan sebuah kebesaran Allah bahwasanya segala apa yang
diciptakan Allah di dunia in adalah didasarkan atas kecintaan Allah kepada
semua makhluk-Nya. Indah bukan? Semua yang ada di dunia ini adalah bukti nyata
Allah yang betapa amat besarnya sangat mencintai kita semua, bahkan sampai
hewan melata dan segala makhluk lainnya telah dijamin oleh Allah rezekinya.
Nah, virus merah jambu ini juga harus kitabenarkan dengan dijalankan sesuai
syari’at. Sebetulnya kata lain dari virus merah jambu adalah jatuh cinta. Sudah
tahu kan? Hehe itu hanya bahasa kasmaran saja alias kata diksi yang berkonotasi
tentang rasa dan perasaan. Semua orang pasti pernah mengalami perasaan ini, ya
jatuh cinta. Di dalam buku karya Habiburrahma El-Shirazy “Yaa Allah, Aku Jatuh
Cinta”, sangat kompleks sekali membahas mengenai cara mengelola perasaan jatuh
cinta yang baik dan benar sesuai anjuran syari’at. Sebetulnya, rasa jatuh cinta
kepada lawan jenis adalah sebuah kewajaran dan tidak salah, akan tetapi yang
perlu digaris bawahi adalah apakah kita dapat mengelola perasaan jatuh cinta
itu sendiri menuju cinta Ilahi yang sama sekali tidak menyalahi aturan syari’at
Allah?. Berikut ini akan saya bahas mengenai cinta menurut perspektif
penulis dalam mengamati realita dan fakta yang tengah terjadi pada masyrakat
muslim pada era sekarang.
Entah, makna cinta sudah tidak murni seperti makna sesungguhnya.
Cinta itu fitrah, cinta itu adalah kesucian. Lha, tahu nggak mengapa kok ada
statement mengatakan bahwa “cintaku telah ternodai” itu sebetulnya bukan cinta
akan tetapi nafsu. Ingat, makna cinta sesungguhnya adalah sebuah kesucian. Jika
kita mencintai seseorang , maka berbuatlah sebaik-baiknya, jagalah rasa cinta
itu sesuai dengan apa yang diridhoi oleh Allah. Bukan malah mengajaknya
bermaksiat dengan dalih mendekatinya sebelum memberi kepastian kapan untuk
menghalalkannya. Disini, saya ingin menekankan bahwa, kaum wanita adalah kaum
yang lemah, mereka lebih banyak menggunakan perasaan dan sedikit akal ketika
virus merah jambu mulai menyerangnya. Sadarlah, wahai saudara muslimku
secerdas-cerdasnya seorang wanita, sepintar-pintarnya, secuek-cueknya wanita
mereka semua akan lemah imannya tatkala merasakan virus paling berbahaya yang
bisa jadi membawanya pada kebaikan atau malah kehancuran. Dan, para
laki-lakilah yang bertugas untuk melindungi mereka dari segala hal yang tidak
diinginkan tersebut, serta kewajiban bagi setriap muslimah untuk terus
memperdalam agama dan mendekatkan diri kepada Allah tatakala virus tersebut
hadir dihatinya agar Allah senantiasa terlibat dalam hatinya sehingga Allah pun
yang akan melindunginya dari bagian dari sebesar-besar fitnah menjadi
sebaik-baik perhiasan di dunia. Maka dari itu, sangat penting sekali apabila
semua laki-laki muslim memahami Islam secara kaffah, in syaa Allah
apabila engkau telah mengenal Islam yang indah ini, maka Allah akan selalu
menjaga kita dari segala bentuk maksiat terkait rasa sekali pun. Karena,
barangsiapa yang menjaga agama Allah, maka Allah akan menjaganya.
Fenomena yang membuat pilu para ulama’ di zaman sekarang adalah
masa-masa anak muda yang banyak terjerumus ke dalam dunia kelam yang sangat
kelam, kurangnya perhatian pada letak kesholih dan
kesholihahahan kedua ibu
bapaknya. Memang, pada zaman Nabi pun, ada Nabi yang memiliki anak durhaka yang
tidak taat pada agama Allah. Namun, itu adalah sebuah kisah luar biasa yang
harus dapat kita jadikan ibroh bahwasanya dalam hidup ini Allah akan menguji
hamba-Nya sesuai kadar keimanananya.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, maka tidak heran apabila
semakin banyak godaan-godaan terlebih lagi syahwat yang bergejolak. Para wanita
remaja zaman sekarang sudah kehilangan aqidahnya, yang terbuka dikatakan modis
sedangkan yang menutup dikata fanatik dan teroris. Astaghfirullah, kita harus
memahami kembali makna fanatik yang
sebenarnya. Sebetulnya, apabila kita benar-benar sudah memahami agama dengan
baik, niscaya kata fanatik itu tidak akan ada
melainkan kewajiban dan keharusan berbuat demikian itu karena pure
perintah dan petunjuk dari Allah. So, kalau kita melihat orang-orang
muslim/muslimah yang sudah mengamalkan sunnah Rasul dalam berpenampilan
terutama, maka itu bukanlah suatu kefanatikan melainkan salah satu bentuk amar
ma’ruf nahi munkar dengan menjalankan ketaatan kepada Allah. Nah, solusi terbaik
bagi anak muda yang tengah terkena virus
merah jambu dan dengan semakin banyaknya godaan serta fitnah di akhir zaman
seperti sekarang ini adalah menikah.
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
اِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ
الدِّينِ, فَليَتَّقِ اللَّهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika
seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Karenanya, bertakwallah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi
dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam As-Silsilah
Ash-Shahihah no. 625)
Maka, menikah adalah penyempurna separuh
agama, itulah yang akan menjaga agama seorang mukmin. Karena, kelemahan manusia
itu berada pada kemaluan dan perutnya, dan seburuk-buruk mereka adalah yang
menjadi budak atas keduanya. Na’udzubillah. Maka, dengan menikah berarti
seseorang telah menjaga dirinya dari godaan syeitan, membentengi diri dari
syahwat yang bergejolak, dan lebih dapat menundukkan pandangan terhadap yang
bukan mahromnya.
Menikah tak perlu menunggu siap, karena menikah bukan masalah kesiapan
akan tetapi komitmen. Menikah tak perlu menunggu mapan dan kaya, karena menikah
adalah ibadah terlama yang hanya butuh kerjasama dalam hal dunia dan akhirat
serta Allah pun telah menjamin rezekinya karena menikah sangat membawa banyak
manfaat. Maka, menikahlah karena Allah, atas dasar Allah-Lah engkau memilih dan
dipilih oleh calon pasangan hidupmu nantinya, karena hanya agamalah yang menjadi
landasan pernikahan yang berkah.
Lihatlah, Firman Allah Qs. An-Nuur ayat 32
yang artinya, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan
orang-orang ytang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui.”
Maka, menikah adalah sebuah bentuk
ketaatan, sebagaimana Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,
التمسوا الغنى في النكاح
“Carilah
kaya (hidup berkecukupan) dengan menikah.”
Dalam hal ini, boleh jadi Allah mencukupinya dengan
member sifat Qona’ah (selalu merasa cukup) dan boleh jadi pula Allah
mengumpulkan dua rizki sekaligus.
Menikah akan membuat seseorang lebih
merasakan ketenangan pada dirinya. Pendamping mereka akan memberi ketentraman
dan menenangkan jiwa. Intinya, menikah adalah sunnah Rasulullah yang sangat
dianjurkan bagi yang sudah mampu dan memiliki syahwat yang tak bisa lagi untuk
dikendalikan demi menjaga seseorang dari zina.
Fenomena lain, yakni pada zaman seperti
sekarang ini banyak para mahasiswa yang bingung dan ingin sekali segera menikah
sedangkan secara financial dan tanggung jawab pun ia belum sanggup. Apabila,
engkau telah merasa mampu maka segera menikahlah dengan begitu hidupmu akan
menjadi lebih tenang dan tentram serta terjaga dari godaan syeitan. Akan tetapi
perlu kita ketahui pula bahwasanya usia remaja merupakan usia kelabilan pada
emosinyayang berakibat pada keputusan untuk segera menikah dengan tergesa-gesa
tanpa melalui pertimbangan yang matang. Karena, faktanya para remaja selalu
mengkhayalkan segala yang indah dan menyenangkan saja dalam sebuah pernikahan
serta kadang tidak realistis. Itulah sebab maraknya pernikahan dini atau nikah
muda dikalangan mahasiswa,khayalan mereka yang terlalu melambung tinggi hingga
menjadikan mereka tidak berfikir panjang bahwa kenyataannya pernikahan bukanlah
sekedar pelampiasan syahwat, akan tetapi lebih dari itu kita harus bias
memahami problematika yang ada di dalamnya secara kompleks terkait problem
internal dan eksternal keluarga, sehingga pernikahan butuh kesiapan fisik dan
mental seseorang. Barulah,apabila memang seseorang tersebut mampu dalam hal bertanggung
jawab serta berkomitmen tinggi untuk membina bahtera rumah tangga atas dasar
agama yakni menyempurnakan agamanya, maka menikahlah. Karena, pernikahan yang
berkah hanya terletak pada pernikahan yang berlandaskan atas agama Allah.
Jadi,menikah muda itu boleh-boleh saja dan
sangat dianjurkan agama bagi yang telah mampu, baik dari segi fisik maupun
psikisnya. Maka dari itu, indahnya menikah muda akan terasa apabila niat dari
keduanya memang sudah benar atas dasar Allah dan agama serta mengikuti sunnah
Rasulullah, maka in syaa Allah kelak pernikahan yang akan dijalani pun berkah
dan menjadi sebuah ladang pahal yang amat besar bagi keduanya di kahirat nanti.
Semoga yang belum bertemu segera
dipertemukan, yang ingin menikah segera dimampukan Allah dalam hal fisik dan psikisnya,
dan yang ingin menikah namun belum sanggup dalam hal komitmen dan tanggung
jawab, maka berpuasalah. Karena, itu lebih baik bagimu untuk menjaga serta
mengendalikan syahwat. In syaa Allah para pemuda yang selalu menjaga dirinya,
menundukkan pandangannya, dan menjaga kemaluannya akan mendapatkan yang sama
pula serta yang terbaik dari Allah. Karena, yang baik akan mendapat yang baik
pula serta sebaliknya, jika yang baik mendapatkan yang tidak baik, boleh jadi
itu adalah sebuah ujian baginya. Wallahu a’lam bisshowab.
Semoga artikel ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi
perbaikan artikel selanjutnya.
Jazakumullohu khoyron,
Akhuukum fillah…JJ
Wasssalamu’alaikum warahmatullah wabarokaatuh
Komentar
Posting Komentar