MAHASISWA SEKARANG ITU?????
MAHASISWA
BERLABEL
MAHA BERSTATUS SISWA
JAMAN
NOW
S
|
udah selayaknya
seorang siswa dapat dikatakan sebagai “mahasiswa” tatkala ia telah
menyelesaikan studi pada jenjang sekolah menengah atas menuju ke jenjang
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Mahasiswa secara harfiah berasal dari
2 buah kata Maha dan Siswa, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Maha”
memiliki arti sebuah bentuk terikat, (sangat, amat, terikat). Sedangkan siswa
adalah seorang murid, sehingga dapat kita sederhanakan bahwa mahasiswa adalah
seorang murid yang “besar”. Makna kata “besar” ini memiliki banyak arti yang
kompleks. Seorang mahasiswa memang harusnya memiliki pemikiran yang luas,
mental yang kuat, mandiri, berbudi pekerti luhur, berjiwa sosial tinggi, serta
memiliki tanggung jawab menjadi seorang agent of change. Mahasiswa harus
mampu mencerminkan sebuah sikap sebagai seorang civitas akademika. Menurut Yuyun Rahmadi, (salah seorang aktivis
mahasiswa dari forum Diskusi Lintas Nasional) mengatakan bahwa, mahasiswa
merupakan kaum intelektual berwawasan luas yang meraih pengetahuan melalui
proses pembelajaran sesuai dengan sistem akademik di perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta.
Sedangkan
ada pun makna mahasiswa menurut Muhammad Rido Al-Bayhaqi, (Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Ponorogo) mengatakan bahwa mahasiswa adalah Seorang
yang memiliki wawasan luas, lebih tinggi tingkatannya dalam hal akademik, dan
berpola pikir maju dalam satuan tingkat pendidikan tinggi.
Selain
itu, mahasiswa memiliki peran sebagai penyambung lidah rakyat yang dimana
mahasiswa berperan sebagai agent of change (agen perubahan), Social
control (Kontrol sosial), dan Iron stock (generasi penerus bangsa).
1.
Agent of change,
yakni mampu mengubah pola pikir yang beku menjadi sebuah penggagas perubahan.
2.
Social control,
yakni mahasiswa zaman now sudah selayaknya harus show up diri sebagai
penyambung lidah rakyat terhadap berbagai polemik dalam birokrasi yang saat ini
dianggap lazim. Sebagai mahasiswa kita harus memiliki jiwa kepedulian sosial
yang tinggi terhadap masyarakat, karena kita adalah bagian dari mereka.
Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun ke jalan saja
melainkan dari berbagai pemikiran cemerlang mahasiswa yang ada saat diskusi
sehingga dapat menemukan solusi yang tepat dalam memberikan bantuan moril dan
materiil kepada masyarakat bangsa kita.
3.
Iron stock,
yakni mahasiswa mampu menggantikan generasi tua. Dari mahasiswalah akan lahir
sosok pemimpin baru yang didambakan, sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk
ilmu spesifik saja, perlu adanya soft skill seperti leadership,
kemampuan memposisikan diri, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Melihat
realita zaman yang semakin maju dan teknologi semakin canggih ini, banyak
muncul berbagai perspektif terkait mahasiswa zaman sekarang. Tony Rosyid
seorang pengamat politik mengatakan bahwa “Mahasiswa adalah generasi yang
dikenal paling kritis, polos dan pemberani, bahkan paling berisik seantero
negeri. Di tangan mereka lokomotif perubahan bergerak. Akhir-akhir ini para
mahasiswa mulai hidup dari kemasifannya untuk mengkritisi negeri ini. Aksi
kartu kuning yang dilayangkan M. Zaadit Taqwa kepada Presiden beberapa waktu
lalu dalam acara dies natalis di UI sangat menuai banyak pro dan kontra. Mahasiswa zaman sekarang muncul dengan
berbagai versi baru, dengan aksi-aksi yang dimana jika dikaitkan dengan masa
orde lama, orde baru atau awal orde reformasi aksi ini sebenarnya tergolong
biasa saja.”.
Mahasiswa
zaman sekarang memang sangat berbeda dengan zaman dahulu. Secara kasat mata,
pada era globalisasi dan kemajuan teknologi ini sangat banyak mahasiswa yang
hanya sibuk dengan berkoar-koar di media sosial. Banyak dari kalangan mahasiswa
zaman sekarang terlalu bernafsu melihat berbagai polemik yang terjadi tanpa
sebuah aksi nyata, dan dengan munculnya aksi kartu kuning untuk presiden telah
menghidupkan kembali aksi nyata mahasiswa untuk bersuara mengenai berbagai
problem yang dihadapi bangsa, seperti
perekonomian yang semakin sulit, harga listrik terus naik, pengangguran bertambah,
serbuan pekerja China, puluhan bayi Asmat mati karena kekurangan gizi, dan
wacana impor beras menjelang panen raya tiba. Mahasiswa zaman sekarang lebih
terkesan apatis terhadap keadaan sekitarnya. Dilansir dari Bernas.id,
mahasiswa pada zaman dahulu bukan hanya dikenal sebagai seorang yang
berpendidikan tinggi, melainkan mahasiswa adalah jabatan prestisius, terbilang
membanggakan dan juga dijadikan andalan. Ada 5 ciri yang membedakan mahasiswa
zaman old dengan zaman now, yakni:
1.
Generasi milenial dengan tahun kelahiran 2000-an memiliki ciri
hidup serba dalam kemudahan, baik deri segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Efek
dari adanya kemudahan tersebut menjadikan generasi milenial terbiasa untuk
hidup dalam comfort zone (zona nyaman), sehingga enggan melakukan
hal-hal yang merepotkan. Maka, sangat wajar jika ada yang mengasusmsikan bahwa
perjuangan mahasiswa zaman old masih jauh lebih unggul dari mahasiswa zaman
now.
2.
Pena Mahasiswa zaman sekarang adalah gadget, pada zaman dahulu mahasiswa
kuliah dengan kondisi kelas yang aktif, suara yang terdengar adalah pena-pena
lincah yang menari di atas kertas menangkap materi yang dipaparkan. Sedangkan,
hari ini yang terlihat adalah blits-blits kamera yang menangkap picture
slide yang digunakan dosen sebagai media pembelajaran atau jejak rekaman
audio melalui smartphone yang diaktifkan ketika dosen menjelaskan saat diskusi
berlangsung.
3.
Kuliah live on instagram, dimana kuliah tersebut adalah
kuliah online yang dilakukan melalui siaran langsung untuk alternatif pengganti
kuliah lapangan. Mahasiswa zaman old tidak sempat merasakan semacam kuliah
online tersebut, karena memang teknologi pada zaman dahulu belum secanggih
teknologi pada saat ini.
4.
Mahasiswa zaman now lebih banyak mengandalkan Professor google
daripada referensi fisik seperti buku dalam mengerjakan tugas.
5.
Sistem koneksi sejam karena adanya Professor google, mahasiswa
zaman now mengganti prinsip mahasiswa zaman old dalam mengerjakan tugas dari
sistem kebut semalam menjadi sistem koneksi sejam.
Itulah
pembeda yang terjadi karena adanya berbagai kemajuan teknologi pada era
sekarang, sehingga kemudahan-kemudahan dari internet membuat banyak mahasiswa
pun sering melakukan plagiasi dalam mengerjakan tugas, copy-paste menjadi
sebuah tradisi yang terkesan biasa, sehingga hal tersebut dapat menjadi sebab
kurangnya mahasiswa kritis pada saat ini. Minat baca yang rendah pun, menjadi
problematika serius yang harus diperhatikan oleh para mahasiswa zaman now.
Fakta
memperlihatkan bahwa, banyak mahasiswa zaman now yang hanya sekedar menjadikan
kuliah hanya untuk bersenang-senang saja daripada tidak kuliah, seperti yang
dikemukakan oleh Fera Nikmasari (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Ponorogo),
“Mahasiswa zaman now, nganggep kuliah itu cuma buat seneng-seneng aja
daripada nggak kuliah dan juga nilai IPK adalah segala-galanya buat mahasiswa
zaman now, sehingga respect socialnya rendah”, Di dalam Islam, sudah
sepatutnya setiap muslim wajib baginya menuntut ilmu dari lahir sampai ke liang
lahat. Jadi, kuliah bukan hanya menjadi sebuah kesenangan belaka daripada tidak
kuliah? Kuliah merupakan penunjang kita dalam menuntut ilmu di perguruan
tinggi. Banyak dari mahasiswa zaman now yang juga sibuk mengejar nilai IPK yang
bagus sehingga menyebabkan berkurangnya kepedulian sosial terhadap rekan-rekan
mahasiswa yang lainnya dan terkesan individualis dalam menghalalkan segala cara
mulai dari hanya pergi kuliah setiap hari yang penting absen lalu pulang begitu
seterusnya yang penting nilai IPK aman.
Seharusnya,
sebagai seorang mahasiswa yang berintelektualitas tidak hanya menjadikan kuliah
hanya sekedar kuliah saja, disanalah kita akan dapat mengembangkan potensi diri
dan menemukan jati diri melalui berbagai organisasi yang kita ikuti. Mahasiswa
zaman now terkesan stagnan karena merasa sudah terlalu nyaman dengan zonanya.
Kita sebagai mahasiswa zaman now harus mampu menjadikan kualitas diri kita
menjadi lebih unggul dan memiliki daya saing. Mahasiswa zaman now memang sangat
kurang aktif dalam menghidupkan suasana diskusii karena mereka sudah terlalu
asik dengan kemudahan teknologi yang menjadikan semua hal serba dapat ia cari
di internet, sehingga hal tersebut mengurangi minar bertanya pada saat diskusi
berlangsung. Hal ini perlu kita benahi kembali, teknologi yang semakin canggih
dan fasilitas internet yang memadahi mahasiswa bukan menjadikan mahasiswa
menjadi human googling, apa-apa serba googling tanpa ada usaha untuk
mencari tahu dari buku, para dosen, para ahli, dan para pakar lainnya, namun
semua itu hanyalah sarana pembantu jika memang kita sudah benar-benar tidak
menemukan jawaban dari berbagai referensi yang ada. Bahkan, hal semacam diskusi
atau bertukar pikiran dengan sesama rekan kuliah menjadi suatu hal yang
diremehkan. Padahal, dengan adanya diskusi maka wawasan yang kita peroleh akan
jauh lebih bisa berkembang.
Selain
dalam hal akademis, mahasiswa zaman now terkesan lebih mementingkan style daripada
ilmu yang diperoleh. Layaknya seorang model yang gila akan fashion
mereka berbondong-bondong menjadikan penampilan mereka terlihat wow ketika di
kampus. Baik dari kalangan aktivis pada umumnya hingga yang berlabel agamis
sekali pun. Banyak yang sibuk memperbagus penampilannya daripada mermperbagus
akhlaknya. Na’udzubillah, semoga selain penampilan luar bagus, akhlak kita pun
juga mengikuti. Salah seorang Dosen Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Ponorogo mengatakan bahwa,
“Daripada pulang membawa baju, lebih baik pulang membawa buku”. Sebagian
besar dari mahasiswa adalah seorang perantauan yang dimana memang jauh dengan
keluarga. Dalam kenyataannya, mahasiswa zaman now sangat berbeda dengan
mahasiswa zaman old yang rela menghabiskan uang dan tenaganya demi membeli buku
dan membacanya. Mahasiswa zaman now terkesan lebih mementingkan penampilan luar
daripada isinya. Maka dari itu, perlu adanya motivasi internal yakni dari diri
setiap mahasiswa itu sendiri untuk menjadikan status kemahasiswaannya menjadi
lebih bermakna. Segala perbedaan yang ada semoga tidak menghilangkan esensi pendidikan
dan dapat mendukung mahasiswa zaman now untuk menjadi agent of change
yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar