MASA DINASTI UTSMANIYYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa modern ini, perlu kita kaji sedalam-dalamnya mengenai peristiwa sejarah  dan peradaban Islam pasca kemunduran. Dari peristiwa sejarah pada masa Dinasti Abbasiyah hingga munculnya Dinasti-dinasti setelah kemunduran Dinasti Abbasiyah. Dimana, pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Pada masa Abbasiyah inilah lahir para fuqoha, mufasir, filsuf, dan ahli tarekat (sufi) dan ilmuwan ulung yang membuka cakrawala dunia seperti al-Farabi, al-Kindi, al-Ghazali, al-Razi, dan sebagainya.peradaban dan kemajuan Islam seakan-akan lenyap dari muka bumi sejalan dengan hancurnya kekuasaan Abbasiyah peradaban baru muncul di Eropa, kemudian dunia pun berkiblat kepadanya. Hingga munculnya Dinasti Fatimiyah dan masa keemasannya lalu disusul dengan berjayanya Dinasti Utsmaniyah yakni berjayanya urki Utsmani atas berhasilnya Muhammad al-Fatih dalam menaklukkan konstantinopel hingga kota Turki Utsmani berganti nama menjadi Istanbul, Turki. Dan sejarah  munculnya Dinasti Shafawi di Persia yakni yang menjadikan madzhab resminya Syi’ah.
Dan terakhir munculnya Dinasti Mughal di India setelah kemunduran Dinasti Shafawi tersebut. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyampaikan makalah kami mengenai Sejarah pasca kemunduran Islam hingga muncul Dinasti Fatimiyah, Dinasti Utsmani, Dinasti Shafawi dan Dinasti Mughal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamanakah sejarah dan peradaban Islam pasca kemunduran Islam?
2. Apa sajakah Dinasti-dinasti yang muncul pasca kemunduran Islam?
3. Bagaimana sejarah Dinasti Fatimiyah?
4. Bagaimana sejarah Dinasti Utsmani?
5. Bagaimana sejarah Dinasti Shafawi?
6. Bagaimana sejarah Dinasti Mughal?




C. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai peristiwa sejarah dan peradaban Islam pasca kemunduran Islam.
2. Untuk memahami sejarah beberapa Dinasti pasca kemunduran Islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai sejarah Dinasti Fatimiyah.
4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai sejarah Dinasti Utsmani.
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai sejarah Dinasti Shafawi.
6. Untuk mengetahui dan memahami mengenai sejarah Dinasti Mughal.
























BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Peradaban Islam Pasca Kemunduran Islam
Sejarah mencatat bahwa kebangkitan peradaban dan kebudayaaan Islam terjadi pada masa Daulah Abbasiyah yang kuat tidak tertandingi. Harun al-Rasyid merupakan raja yang paling berkuasa dan mencerminkan kebudayaan yang lebih tinggi. Ia digantikan anaknya al-Ma’mun yang dikenal sebagai orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya penulisan buku-buku dan penerjemahan karya-karya berbahasa asing sangat digalakkan, sehingga Baghdad bagaikan kota ilmu. Pada masa Abbasiyah inilah lahir para fuqoha, mufasir, filsuf, dan ahli tarekat (sufi) dan ilmuwan ulung yang membuka cakrawala dunia seperti al-Farabi, al-Kindi, al-Ghazali, al-Razi, dan sebagainya. Peradaban dan kemajuan Islam seakan-akan lenyap dari muka bumi sejalan dengan hancurnya kekuasaan Abbasiyah peradaban baru muncul di Eropa, kemudian dunia pun berkiblat kepadanya.
Di dalam sebuah Hadist, Rasulullah pernah menerangkan kepada umat Islam mengenai fase yang akan di lalui oleh umat manusia sebelum kiamat besar datang. Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa, kita perlu melihat dan memandang Fase sejarah umat manusia melalui para Nabi dan Rasul yang membimbing umat tersebut. Jangka masa dalam peradaban manusia di tandai dengan munculnya para Nabi dan Rasul yang akan membimbing masing-masing umatnya kepada petunjuk yang benar dan jalan yang lurus. Dan apabila Nabi terakhir sudah diutus, maka inilah hal yang menandai bahwa sejarah peradaban manusia sudah sampaipada batas waktunya yang bermakna bahwa zaman sudah sampai pada fase akhir zaman. Fase inilah yang amat sangat penting bagi Iblis. Karena dari awal iblis sudah berjanji kepada Tuhannya, ia akan membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang merusakkan bumi dan selalu menumpahkan darah sampai hari kiamat. Mengikuti hadits, Zaman umat Nabi Muhammad ï·ş  dibagi menjadi 5 Fase kehidupan peradaban umat manusia itu adalah:
“Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin al-Yaman r.a., berkata: Rasulullah, bersabda: “Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia meghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendakiuntuk  mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah,kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia meghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.”(HR. Ahmad).
Dalam hadits ini Rasulullah ï·ş menjelaskan 5 fase zaman yang akan dilalui oleh umat Islam . Yaitu yang pertama fase kenabian yang di awali dengan masa jahiliah kemudian sampai di angkatnya Muhammadï·ş menjadi Rasul. Setelah Rasul meninggal misi kenabian dilanjutkan oleh para sahabatnya yang merupakan fase kedua yaitu Khilafatan ‘Ala minhajjinNubuwwah. Rasulullahï·ş bersabda: “Kekhalifahan nubuwah 30 tahunkemudian Allah memberikan kerajan kepada yang DIA kehendaki.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Tirmidzi dan Hakim). Fase ketiga seperti yang disebut oleh Rasulullah adalah Mulkan ‘Adhon fase ini terjadi setelah fase kekhalifahan Islam yang ditandai dengan dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah, dan dinasti Tuki Utsmani. Pada fase inilah terjadi fluktuasi kekuasaan dan keadilan.
Sejarah telah membuktikan khalifah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Umayyah misalnya terkenal sebagai pemimpin yang adil, bersahaja dan dicintai oleh rakyatnya. Begitu pula puncak kejayaan Islam pernah di raih oleh khalifah Harun Al Rasyid dari Daulah Abbasiyah.Pada masa khalifah Sholahudin Al-Ayyubi, umat Islam bisa kembali merebut Baitul Maqdis atau Yerussalem dari pasukan salib. Sementara pada masa Turki Utsmani, Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Romawi Byzantium dengan menguasai Konstantinopel yang sekarang  dikenal sebagai kota Istanbul, Turki. Pada selama 13 Abad umat Islam mencapai kejayaannya baik dalam politik maupun dalam ilmu pengetahuan. Sejak kekhalifahan Islam berakhir dengan runtuhnya Turki Utsmani pada tahun 1924. Maka sejak itulah umat Islam menjadi terpecah belah. Perjalanan umat Islam memasuki periode keempat yaitu Mulkan Jabbariyatan yang ditandai dengan munculnya para pemimpin diktator, setelah perang dunia kedua banyak negeri Islam yang menyatakan kemerdekaan. Namun sebagian menjadi kerajaan yang beraliansi dengan barat. Dan sebagian lainnya dipimpin oleh para pemimpin diktator. Tidak ada kepemimpinan yang abadi, seperti Saddam Husein, Muammar Khadaffi dan Husni Mubarak yang ditumbangkan oleh rakyatnya sendiri.
B. Munculnya Dinasti-dinasti Pasca Kemunduran Islam
Akibat kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan dan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik, beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah. Dinasti-dinasti kecil yang lahir dan melepaskan diri dari Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah diantaranya adalah, bangsa Persia, Turki, Kurdi, Arab, dan sebagainya.
C. Daulah Fatimiyah dan Masa Keemasannya
Daulah Fatimiyah muncul di penghujung kemunduran Daulah Abbasiyah. Fatimiyah dengan begitu mewarisi kemajuan peradaban yang dibangun Umayyah maupun Abbasiyah. Al-Mahdi membangun simbol-simbol kebudayaan yang khas Fatimiyah. Diantaranya adalah mencetak uang untuk menggantikan uang Aghlabiyah, mahkota sebagai simbol utama sebuah kerajaan dibuat sedemikian rupa berbeda dengan yang lain, Mudhillah semacam payung yang berfungsi melindungi khalifah dari sengatan matahari. Selain itu, jasa terbesar Fatimiyah dalam membangun peradaban di Afrika adalah usaha al-Mahdi meletakkan dasar toleransi antar pemeluk faham dan agama yang ada di wilayah kekuasaannya. Dalam bidang industri, Fatimiyah mampu membangun industri yang produknya dipasarkan hingga ke luar negeri. Tinnis, Demietta, Dabik adalah tempat tumbuh kembangnya tenun sutra. Ada juga industri pengolahan kayu, kaca dan kristal di Fustat dan Alexandria. Juga ada tembikar, keramik, mosaik (kepingan batu), industri logam (pembuatan pisau dan gunting di Tinnis). Barang dari gading, kulit, minyak, gula dan keras juga telah dapat diproduksi pada masa itu.
Di Mesir, Fatimiyah mampu membangun istana dengan berbagai hiasan dan ornamen. Fatimiyah juga mampu membangun perekonomian serta mampu membangun toleransi kehidupan beragama. Hasil karya terbesar Fatimiyah di Mesir adalah pendirian Univeritas al-Azhar. Fatimiyah memang mampu memberikan pengaruh terhadap corak seni dan budaya pada masa kemudian. Namun tidak demikian halnya dengan ideologi keagaman. Meski  berkuasa di Mesir hampir 200 tahun, Syi’ah sebagai ideologi utama Daulah Fatimiyah tidak banyak memberikan pengaruh bagi kehidupan keagamaan di masa kemudian.


D. Dinasti Utsmani
Penyerbuan pasukan mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang telah menghancurkan kota Baghdad di Irak merupakan akhir dari Daulah Bani Abbasiyah. Kehancuran Baghdad merupakan akhir kekuatan politik Islam yang selama ini telah memegang peranan penting dalam mewujudkan kebudayaan dan peradaban dunia. Bahkan, khazanah ilmu pengetahuan pun ikut lenyap dan dihanguskan. Sejak itu pun dunia Islam mengalami kemunduran secara drastis. Politik Islam mulai mengalami kemajuan kembali setelah berdiri dan berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu, Pertama, Utsmani di Turki sebagai benteng kekuatan Islam dalam menghadapi ekspansi Eropa ke Timur. Kedua, Mughal di India dan dengan kehadiran kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya nyaris tenggelam. Ketiga, Shafawi di Persia yang menjadikan Syi’ah sebagai madzhab negara dan dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran sekarang ini (Black, 2006: 14-15).
Dari ketiga Dinasti di atas, Dinasti Utsmani adalah yang pertama berdiri sekaligus yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua dinasti lainnya. Perjalanan panjang dan berliku selama 643 tahun kerjaan Turki Utsmani telah menampilkan 36 sultan dengan model kepemimpinan yang berbeda-beda. Tetapi seperti dinasti lainnya, hukum sejarah juga berlaku bahwa masa pertumbuhan yang diiringi dengan masa perkembangan dan masa gemilang biasanya berakhir dengan masa kemunduran atau bahkan kehancuran (Yusuf, 2002: 129). Sejarah berdirinya Dinasti Utsmani ini adalah kata Utsmani di ambil dari pendiri pertama dinasti ini, yaitu Utsman ibn Erthogril ibn Sulaiman Syah dari suku Qayigh Ogus Turki. Sulaiman Syah dengan seribu pengikutnya mengembara ke Anatolia dan singgah di Azerbaijan, namun sebelum sampai ke tujuan ia meninggal dunia. Kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu Erthogril untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan tujuan semula. Erthogril membantu Sultan Alauddin II melawan romawi Timur sehingga dinasti Saljuk mengalami kemenangan. Sultan merasa senang dan memberikan hadiah kepada Erthogril wilayah Dorylaeum (Iskishahar) yang berbatasan dengan Bizantium. Mereka menjadikan Soghud sebagai ibu kota pemerintahan yang independen dan berdiri pada tahun 1258 M.
Sedangkan para sultan dinasti Utsmani adalah: Utsman I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, Muhammad I, Murad II, Muhammad II, Bayazid II, Salim I, Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Musthafa I, Utsman II, Musthafa II, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa III, Ahmad III, Mahmud I, Utsman III, Musthafa IV, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa V, Mahmud II, Abdul Majid, Abdul Aziz, Abdul Hamid II, Muhammad V, Muhammad VI.
Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dinasti Turki Utsmani adalah:
1. Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa.
2. Tidak ada diskriminasi dari pihak penguasa.
3. Pihak Turki memberikan perlakuan yang baik terhadap saudara-saudara baru dan memberikan mereka hak rakyat secara penuh, baik dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat.
4. Dinasti Utsmani telah menggunakan tenaga-tenaga yang profesional dan terampil, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan.
5. Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menarik minat penduduk negeri-negeri bahkan untuk memeluk Islam.
6. Rakyat yang memeluk agama kristen hanya dibebani biaya perlindungan (Jizyah) yang relatif murah dibandingkan masa pemerintahan Bizantium.
7. Semua penduduk mendapatkan kebebasan untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
8. Turki Utsmani tidak fanatik agama.
Dinasti Turki Utsmanimenganut sistemkhilafah Islamiyah. Wilayahnya meliputi Jazirah Arab, Balkan, Hongaria hingga kawasan Afrika Utara. Sedangkan yang menyebabkan kerutuhan Utsmani adalah; pertama, luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang yang tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelanya korupsi dan meningkatnya kriminalitas. Kedua, heterogenitas, penduduk dan agama. Ketiga, kehidupan istimewa yang bermegahan. Keempat, merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang sebagian besar mengalami kekalahan. Kelima, timbulnya gerakan Nasionalisme.   
E. Dinasti Shafawi di Persia
Pasca serangan tentara Mongol terhadap kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terbag-bagi ke dalam beberapa dinasti kecil yang satu sama lain saling memerangi (Mufrodi, 1997: 133).   Dinasti Utsmani disamping yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan. Pada saat kekuasaan Islam dibawah Daulah Utsmani dan sedang mengalami puncak kejayaannya di tempat lain muncul benih-benih kekuatan baru yang pada akhirnya memunculkan Dinasti Shafawi di Persia. Pada abad ke-9 H, Dinasti Utsmani memimpin dunia Islam salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintahan ini adalah gerakan sufisme. Mereka aktif bekerja untuk membentuk kekuatan politik baru. Pada akhir abad ini, peristiwa yang paling penting adalah tasawuf yang terkait dengan keluarga Syaikh Shafi al-Din Ardabili di mana pemerintah merasa kewalahan dengan kebangkitan dan perlawanan yang dilakukan oleh thariqah Shafawi yang dibantu pengikutnya untuk merebut kekuasaan.
Kata Shafawi berasal dari “Shafi”, suatu gelar bagi nenek moyang Sultan Shafawi yaitu Shafi al-Din Ishaq al-Ardabili pendiri dan pemimpin thariqah Shafawiyah (Sayid Amir Ali, tt: 491).  Kemajuan yang dicapai Dinasti Shafawi tidak hanya terbatas di bidang politik, tetapi di bidang yang lain juga mengalami berbagai kemajuan antara lain:
1. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik Dinasti Shafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Shafawi, apalagi setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi pelabuhan Abbas. Dengan dikuasainya pelabuhan ini, maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris dan Perancis menjadi milik dinasti ini. Di samping itu, sektor perdagangan Shafawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent) (Yatim, 1995: 288).
2. Bidang Filsafat dan Sains
Dalam sejarahIslam, bangsa Persia sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak heran apabila pada masa Dinasti Shafawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut. Ada dua aliran yang berkembang pada masa dinasti ini, yaitu:
a. Aliran Filsafat Peripatetik sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles dan al-Farabi,
b. Filsafat Isyraqi yang dibawa oleh Suhrawardi.
Kedua aliran ini banyak dikembangkan di Perguruan Tinggi Isfahan dan Syiraz.
3. Bidang Pembangunan Fisik Tata Kota dan Seni
Para penguasa dinasti ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota dinasti ini menjadi kota yang sangat indah. Kota Isfahan juga diperindah dengan berbagai taman wisata yang ditata secara apik. Ketika Abbas I wafat di Isfahan terdapat162 masjid, 48 Akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum. Di bidang seni, kemajuan nampak dari gaya arsitektur bangunan-bangunannya seperti terlihat pada masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Kunci dari program administrasi dan ekonomi Abbas I adalah pembentukan sebuah ibu kota baru yang besar, Isfahan. Dinasti Shafawi membangun kota baru tersebut mengitari Maidan-Syah, yakni sebuah alun-alun yang sangat besar luasnya sekitar 160-500 meter (Lapidus, 1999: 450-452).

Dinasti Shafawiyyah adalah salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan salah satu negeri Persia terbesar semenjak penaklukan muslim di Persia . Negeri ini juga menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah muslim.
Shafawiyah berkuasa dari tahun 1501 hingga 1722 (mengalami restorasi singkat dari tahun 1729-1736) . Pada puncak kejayaannya wilayah Shafawiyah meliputi Iran, Azerbaijan, Armenia, sebagian besar Irak, Georgia, Afganistan, Kaukasus, dan sebagian Pakistan, Turkmenistan dan Turki. Shafawiyyah merupakan salah satu negeri mesu Islam selain Utsmaniyah dan Mughal. Meskipun jatuh pada tahun 1736, salah satu warisan terbesarnya adalah kebangkitan Persia sebagai benteng ekonomi antara timur dan barat, pendirian negara yang efisien dan birokrasi yang didasarkan pada “check and balance”, dan inovasi arsitektur dan seni. Selain itu, Dinasti Shafawi mulai berkuasa ketika tradisi kesukuan semakin kehilangan akar dan terasingkan. Dinasti ini bermula dari gerakan keagamaan berupa thariqah. Setelah mengalami penerimaan yang massif di tengah masyarakat di kota-kota Persia gerakan keagamaan tersebut mengubah model gerakannya menuju gerakan politik. Karena ambisi politik yang kuat maka Ismail ingin mengembangkan kekuasaan ke daerah-daerah lain seperti Turki Utsmani. Rasa permusuhan terus berlangsung sampai sepeninggal Ismail. Peperangan antara dnasti Utsmani dan dinasti Shafawi masih berlangsung hingga beberapa kali yaitu pada zaman pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M),dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M).
Pada masa sultan-sultan tersebut Dinasti Shafawi sangat lemah dan baru teratasi pada masa kesultanan Abbas I.Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan dinasti Shafawi. Secara politik, mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali berbagai wilayah yang pernah direbut oleh dinasti lain pada masa sultan-sultan sebelumnya. Kejayaan ini terlihat dari stabilitas dan kemakmurannya yang tampak dari kemegahan ibu kota negara di Isfahan beserta super bazar dan keindahan arsitekturnya. Bidang kesenian berkembang, dan kajian filsafat kembali mengakar di berbagai negeri Islam.
Nama-nama penguasa kesultanan Dinasti Shafawi adalah Ismail I, Tahmasp I, Ismail II, Muhammad Khudabanda, Abbas I, Shafi Mirza, Abbas II, Sulaiman, Husein, Tahmasp II, Abbas III. Sebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Shafawi adalah; pertama, adanya konflik yang berkepanjangan dengan Dinasti Utsmani. Berdirinya Dinasti Shafawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi Dinasti Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua dinasti besar ini. Kedua, terjadinya dekdensi moral yang melanda sebagian pemimpin kesultanan Dinasti Shafawi yang juga ikut mempercepat proses kehancuran dinasti ini. Ketiga, sering terjadi konflik internal dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangankeluarga istana.
F. Dinasti Mughal di India
Islam bukan merupakan kekuatan luar pertama yang masuk dan menduduki kawasan Asia Selatan. Sebelumnya bangsa Arya pada abad VI SM sudah menaklukan India. Islam masuk secara resmi pada tahun 711 M. Kemudian disusul Inggris pada tahun 1757 M meskipun datang kemudian, Islam mampu memberi warna pada kebudayaan setempat. Peradaban Islam (badlarah al-Islamiyyah) mampu mengakar dan memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan masyarakat. Hal ini karena Islam sebagai kekuatan sosial dan politik pernah memerintah negeri ini selama kurang lebih tiga abad melalui Kesultanan Mughal (1526-1857 M). Sejak Islam masuk ke India pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim, peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini sangat kuat dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M.Setelah Gaznawi hancur, muncul beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lod yang didirikan Bahlul Khan Lodi.
Hadirnya kesultanaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut yang pada saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kesultanan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di India.
Keberadaan kesultanan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada Dinasti Abbasiyah. Kesultanan Mughal merupakan kelanjutan kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India. Kesultanan Mogul (Mughal-pen) ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M). Secara genologis, Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ibu. Ayahnya Umar Mirza penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia msih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Dinasti Shafawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 M. Kesultanan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, kesultanan Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.Ada dua faktor berdirinya Kesultanan Mughal adalah :
1. Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia.
2. Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Adapun kemajuan yang dicapai Kesultanan Mughal dalam beberapa bidang, yakni:
1. Bidang Politik dan Militer
Sistem yang menonjol adalah politik Sulh-e Kul atau toleransi universal. Sistem ini sangat tepat karena mayoritas  masyarakat India beragama Hindu, sedangkan Mughal adalah Islam. Disisi lain terdapat juga ras atau etnis lain yang juga terdapat di India. Lembaga yang merupakan produk dari sistem ini adalah Din-i-illahi dan Mansabdhari. Di bidang militer pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka terdiri dari pasukan gajah, berkuda dan meriam.
2. Bidang Ekonomi
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau, dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah terkecil disebut Deh dan beberapa Deh tergabung dalam Pargana (Kawedanan). Setiap komunitas petani dipimpin oleh muqaddam. Melalui muqaddam inilah pemerintah berhubungan dengan petani. Pemerintah juga memajukan industri tenun. Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC), sebuah perusahaan inggris-India Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600 M.
3. Bidang Seni dan Arsitektur
Hasil karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai sekarang. Bidang sastra juga menonjol, banyak karya sastra yang diubah dari bahasa Persia ke bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa urdu yang merupakan perpaduan dari berbagai bahasa yang ada di India. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi, dengan karya monumentalnya Padmavatsebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl, karyanya berjudul Akbar Nama dan Ain-i-Akhbari yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan figur pimpinannya (Holt, dkk, 1970: 57-58).
4. Bidang Agama
Pada masa Akbar perkembangan agama Islam di kesultanan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama yaitu konsep Din-i-ilahi. Pada prakteknya, Din-i-ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India, sebelum Dinasti Mughal India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya. Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap madzhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, Ulama dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Berikut beberapa tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut:
a. Internal, tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat,.
b. Eksternal, terjadinya pemberontakan dimana-mana, seperti pemberontkana kaum Sikh di Utara, gerakan Separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di timur dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
Adapun, faktor yang menyebabkan kekuasaan kesultanan Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu
a. Para pewaris tahta Aurangzeb dilanda kemewahan dan asyik dengan para dayang istana sehingga melalaikan tugas-tugas pemerintahan.
b. Bangkitnya para maharaja Hindu ddan para sultan Islam membebaskan diri dari kekuasaan kesultananan IslamMughal.
c. Serangan Nadir Syah dari Iran. Nadir Syah telah merampas kekuasaan Daulah Shafawiyah melanjutkan penjarahannnya ke India. Kesultanan Islam Mughal dapat dikalahkan dan kekayaannya djadikan harta rampasan termasuk “Tahta Merak” dan intan berlian “Kahi Noor” peristiwa ini terjadi pada masa Muhammad Syah pengganti Aurangzeb.
d. Serangan Ahmad Khan Durrani dari Afghanistan seragan ini tidak dapat ditangkis oleh para maharaja Hindu dan sultan –sultan Islam sekalipun mereka telah menyatukan kekuatannya. Maka berdirilah kerajaan Afghanistan di India.
e. Penjajahan bangsa barat (Inggris), datangya penjajah Inggris disambut dengan pertempuran senjata oleh Alam Syah menyatakan takluk pada kekuasaan Inggris. Kemudian Inggris membiarkan Alam Syah memakai gelar sultan dan diberi gaji 90.000 rupe pada saai itu (Amin, 2004: 191-192) .






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan beberapa poin penting dari pemaparan makalah kami di atas, adalah sebagai berikut ini:
1. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan peradaban dan kebudayaaan Islam terjadi pada masa Daulah Abbasiyah yang kuat tidak tertandingi. Harun al-Rasyid merupakan raja yang paling berkuasa dan mencerminkan kebudayaan yang lebih tinggi. Ia digantikan anaknya al-Ma’mun yang dikenal sebagai orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahannya penulisan buku-buku dan penerjemahan karya-karya berbahasa asing sangat digalakkan, sehingga Baghdad bagaikan kota ilmu.
2. Akibat kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan dan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik, beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah. Dinasti-dinasti kecil yang lahir dan melepaskan diri dari Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah diantaranya adalah, bangsa Persia, Turki, Kurdi, Arab, dan sebagainya.
3. Daulah Fatimiyah muncul di penghujung kemunduran Daulah Abbasiyah. Fatimiyah dengan begitu mewarisi kemajuan peradaban yang dibangun Umayyah maupun Abbasiyah. Al-Mahdi membangun simbol-simbol kebudayaan yang khas Fatimiyah.
4. Dinasti Utsmani adalah yang pertama berdiri sekaligus yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua dinasti lainnya. Perjalanan panjang dan berliku selama 643 tahun kerjaan Turki Utsmani telah menampilkan 36 sultan dengan model kepemimpinan yang berbeda-beda.
5. Dinasti Safawiyyah adalah salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Iran. Dinasti ini merupakan salah satu negeri Persia terbesar semenjak penaklukan muslim di Persia.  Negeri ini juga menjadikan Islam Syiah sebagai agama resmi sehingga menjadi salah satu titik penting dalam sejarah muslim.
6. Kesultanan Mughal merupakan kelanjutan kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.

DAFTAR PUSTAKA
Syaefudin, Machfud, dkk. Dinamika Peradaban Islam. (Semarang: Pustaka Ilmu Yogyakarta). 2012.
“Menanti Kejayaan Islam”, Https://facebook/notes/nofieqn-photograph/menanti-kejayacaan-islam/, diakses pada tanggal 15 Maret 2017.
“Dinasti Safawiyyah”, Https://wikipedia/Dinasti-Safawiyyah/, diakses pada tanggal 16 Maret 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RPP Bahasa Indonesia MI/SD

MAKALAH PENGEMBANGAN PKn MI/SD

Pemetaan KD ke Indikator dalam Pembelajaran Tematik